Senin, 09 Maret 2015
Karena Mimpi Melihat Neraka
Pada zaman Rasulullah SAW jika
para sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka akan mengadukan dan
menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang sahabat nabi
yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra., pergi ke Masjid Nabawi.
Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca
Al-Quran, dia hendak tidur.
Seperti biasa, sebelum tidur dia
menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan dan
berdoa, “Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu; ya Allah, dengan
nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
Demikianlah,
Baginda Rasul menuntunnya cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur
pun, malaikat masih mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan
menyucikan diri, ruh orang yang tidur akan mendapatkan hikmah dan
siraman doa para malaikat.
Sambil pelan-pelan memejamkan mata,
Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya
terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.
Dalam
mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua
malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam
mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar kobar.
Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang-orang yang
telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang tiada
tara pedihnya.
Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan
itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A’udzubillahi minannaar. Aku
berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang
dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti Umar, istri
Rasulullah SAW. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati yang
cemas.
Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi dan menceritakan
mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika itu, beliau bersabda,
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan
shalat malam!”
Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik-baik lelaki jika kau mau
shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau temui
mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak
melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka,
dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia-siakan waktu
sepertiga malam; waktu di mana Allah SWT memanggil-manggil hamba-Nya;
waktu ketika Allah mendengar doa hamba-Nya.”
Sejak itu, Abdullah
bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya.
Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan
menangis di hadapan Allah SWT. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia
menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.
Apalagi jika dia juga ingat sabda baginda Nabi SAW, “Sesungguhnya
penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah
seseorang yang diletakkan pada kedua tepak kakinya bara api yang membuat
otaknya mendidih. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih berat
siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya siksa yang ia terima adalah
yang paling ringan di dalam neraka.“
Dia berusaha sekuat tenaga
untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba
hamba-Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan
surga.
Akhirnya, dia bisa merasakan betapa nikmatnya shalat
tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang lebih
indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.
***
“Ketika Cinta Berbuah Surga” Habiburrahman El Shirazy
“Ketika Cinta Berbuah Surga” Habiburrahman El Shirazy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar