Selamat Datang

Rabu, 04 Maret 2015

Wisata Bukit Naang

Di Riau, menapaki area wisata yang rindang dengan suasana jalan yang juga tenang tentu diyakini langka bagi sebagian masyarakatnya. Dengan kondisi alam seadanya, daerah ini hanyalah sebuah arena singgah bagi pendatang yang ingin mencari hiburan.
Di balik pendapat yang menyatakan Riau ‘gersang’ akan hiburan alam, rupanya masih tersimpan sebuah wahana wisata yang sudah selayaknya patut dilestarikan dan dijadikan area promosi bagi wisatawan.
Objek Wisata Bukit Naang. Sebuah panggung wisata outbond pertama di Kabupaten Kampar ini merupakan tempat rekreasi keluarga dengan kondisi alam yang masih sangat asri. Berlokasi sekitar 8 km dari pusat Ibu Kota Kabupaten Kampar, Bangkinang, tim riaubisnis.com mencoba menjajaki area yang diklaim memiliki arena flying fox terpanjang di Sumatera tersebut.
Untuk menuju lokasi ini, wisatawan dianjurkan memiliki kendaraan transportasi sendiri. Jika tidak, puluhan pangkalan ojek dapat ditemui dengan mudah di jantung Kota Bangkinang. Dengan modal Rp 30.000, kita akan dibawa menyebrangi jembatan Sungai Kampar yang berada di sisi kanan kota.
Pengelola Objek Wisata Bukit Na’ang, Djuharman
“Tidak ada angkutan umum yang lewat jalan lintas Petapahan-Bangkinang ini. Yang ada hanya kendaraan pribadi dan truk pengangkut barang,” ujar salah seorang pedagang makanan di lokasi wisata tersebut.
Dalam perjalanan menuju Negeri Bangkinang Seberang (tempat objek wisata berada, red), sisi kanan dan kiri jalan dipenuhi berbagai tanaman khas hutan tropis. Kicauan burung yang disertai hawa dingin seolah tak mencirikan Riau yang tenar akan panasnya.
Sesampai di lokasi, siapkan dana Rp 5.000 per orang jika ingin tahu lebih dalam akan keeksotisan tempat ini. Diawali dengan turunan jalan yang cukup curam, para wisatawan bakal langsung dihadapkan dengan arena waterboom yang disertai kolam pancing di sisi kirinya.
Cukup membingungkan jika baru pertama kali menuju tempat ini. Karena di sudut-sudut jalan tidak terlihat adanya rambu maupun petunjuk menuju arena permainan. “Kita pertama kali buka tahun 2008. Infrastruktur tempat ini masih banyak yang belum lengkap. Saat ini baru tersedia arena permainan dan beberapa fasilitas kecil saja,” ujar Djuharman Arifin, pengelola Objek Wisata Bukit Naang tersebut.
Menurutnya, perhatian pemerintah akan kebutuhan tempat wisata di daerahnya masih teramat minim sehingga progres pengembangan pun berjalan lambat. Saat ini wahana wisata unggulan Bukit Naang adalah arena outbond dan paintball.
Sebagai wahana hiburan utama, arena outbond telah dikemas semenarik mungkin oleh pihak pengelola. Terlihat secara jelas saat memasuki arena ini puluhan tali melintang bebas dari satu pohon ke pohon lainnya dengan panjang mencapai 500 meter.
“Konsep ini pula yang menjadikan arena flying fox Bukit Naang menjadi yang terpanjang di Sumatera,” tambahnya.
Di beberapa poin pemanjatan juga terlihat beberapa ayunan yang dinamai monkey track, tarzan jump, dan dead railway. Bagi yang tertarik menaklukkan arena ini, tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan tangan dan kaki tetapi nyali juga sangat berperan penting.
Untuk mengikuti aksi uji nyali tersebut, para pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp 50.000 selama kurun waktu 1,5 jam. “Dalam durasi waktu ini, para peserta bakal ditantang menaklukan 17 jenis rintangan yang telah dibuat,” terang Djuharman.
Tifa, salah seorang pengunjung yang tengah asyik mengarungi rintangan flying fox mengungkapkan rasa antusiasnya. “Tempat ini benar-benar menguji adrenalin kita. Ini sudah yang kedua kalinya saya datang ke sini,” tutur siswi SMA 9 Pekanbaru ini.
Digemari Puluhan Instansi
Selain arena flying fox dengan konsep treetop, pengelola juga menyediakan beberapa paket bagi pengunjung yang datang dalam skala besar. “Biasanya yang seperti ini banyak diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta, sekolah dan mahasiswa. Kalau sudah akhir pekan, ratusan orang dari satu instansi biasa datang ke sini untuk menjalin keakraban,” tambah pria asli Bangkinang ini.
Dengan panduan beberapa orang instruktur profesional, para peserta outbond biasanya disajikan berbagai games menarik, seperti ice breaking, lomba rakit, fun game, pain ball, dan kegiatan lainnya yang bisa mengasah kerja sama tim.
Para peserta dapat memanfaatkan luas tanah sebesar 80 hektar ini untuk melakukan berbagai kegiatan serta games bersama rekan kerjanya. Bagi mahasiswa dan pelajar juga disediakan arena khusus untuk berkemah, seperti tenda, MCK, dan sumber aliran sungai.
“Biasanya kegiatan seperti ini kita mematok harga sebesar Rp 105.000 per orang. Jika ingin memakai tenda untuk berkemah kita tawarkan lagi seharga Rp 50.000. Di dalamnya termasuk biaya fasilitas outbond dan operasonal instruktur. Kalau dengan konsumsi, setiap orang menambah Rp 15.000 sampai Rp 20.000,” tambahnya.
Tidak hanya itu, tantangan yang lebih seru juga disediakan pihak pengelola melalui arena paintball-nya. Games yang satu ini cocok bagi tim yang gemar olah strategi. Cukup dengan biaya Rp 50.000 pengunjung bisa menikmati aksi perang-perangan dengan batasan tembakan sebanyak 30 peluru.
Rencananya, dalam waktu dekat lokasi ini juga bakal dibangun beberapa homestay bagi tamu yang ingin menginap. Selain itu, arena pacuan kuda juga akan dibuka untuk pengunjung yang ingin berlatih kuda.
“Beberapa rencana jangka pendek dan menengah sudah kita susun untuk memenuhi fasilitas yang dibutuhkan konsumen. Tidak mungkin juga kita terus menawarkan tenda melulu untuk pengunjung yang mau bermalam,” pungkasnya sembari tertawa.
Di waktu yang sama, tim riaubisnis.com juga diajak berkeliling mengintari sudut-sudut panorama Bukit Naang. Pesona alam yang sebelumnya tak pernah ditemui di belahan daerah lain di Riau, tersaji secara lengkap di sini.
Hamparan semak belukar dengan paduan sabana yang luas di beberapa titiknya memberikan landskap unik bagi manusia yang pertama kali hadir di sana. “Saya sangat menekankan kepada anggota saya, agar menjaga segala jenis hewan dan tumbuhan yang ada. Dilarang keras membunuh atau menebang hutan tanpa izin di tempat yang indah ini,” tegasnya.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar